Salam seni untuk para Smansevers di pelosok Nusantara! Tahun ini merupakan tahun ketiga di mana Satekari, Saka Teater Karawitan dan Tari, berkolaborasi mempersembahkan sebuah Pentas Budaya. “Sebuah pentas untuk mengapresiasi suatu kesenian yang kita punya sehingga kita tahu betapa banyak dan berharganya kesenian yang kita miliki di negeri kita ini. Sebagai generasi muda, kita wajib melestarikan kebudayaan yang kita miliki, karena budaya kita adalah identitas dan jati diri bangsa kita.” Begitulah tujuan yang ditanamkan oleh sang ketua panitia, Alif Irvan Praditya. Pentas budaya tahun ini berjudul Dalang Kadus yang disutradarai oleh Pak Djee, dipadukan dengan lemah gemulainya anak-anak tari serta diiringi dengan merdunya suara gamelan dan suara emas anak-anak Saka.
Hampir lima bulan lamanya setelah pembentukan kepengurusan, para panitia melakukan persiapan-persiapan. Mulai dari mencari sponsor hingga finishing touch di hari pementasan. Tak lupa juga para pemain melakukan latihan gabungan untuk menyerasikan antara bidang seni yang satu dengan yang lain dan yang pastinya agar mereka dapat tampil dengan maksimal. Karena tidaklah mudah membangun kekompakkan antara satu dengan yang lainnya dan juga tidaklah mudah menggabungkan beberapa unsur seni ke dalam satu wujud pementasan.
Pentas Budaya tahun ini diselenggarakan pada tanggal 9 Mei 2015 lalu yang bertempat di Wisma Budaya. Selepas maghrib, para penonton mulai berbondong-bondong memasuki Wisma Budaya. Sembari menunggu acara inti, para penonton disuguhkan suara-suara emas yang melantunkan lagu-lagu, musik karawitan, dan juga tari di pra acara. Sontak suara penonton memenuhi tiap sudut ruangan dengan rasa tak sabar untuk menyaksikan pementasan kali ini.
Pementasan dimulai dengan para bangau yang menari karena turut bersuka cita dengan sang Dalang dan para badut karena kesenian sandur punten, kesenian yang sudah lama mati, bangkit kembali. Lalu, sang dalang dan para badut bercakap-cakap tentang tujuh tingkat perasaan manusia yang meliputi, perasaan simpati, perasaan sosial, perasaan etis, perasaan estetis, perasaan intelektual, perasaan religius, dan perasaan egois. Di mana ketujuh unsur tersebut adalah kunci yang mendasar untuk menciptakan karya sastra dan mencerminkan kehidupan manusia.
Jiwa yang bersarang di tubuh manusia dan mengambil lokasi di kepala (pikiran), dada (kehendak), dan perut (perasaan). Maka manusia akan memiliki sifat bijaksana bila pikiran menguasai dirinya, sifat berani bila kehendak menguasai dirinya, dan manusia akan memiliki kesederhanaan bila perasaan tunduk pada akalnya.
Rasa penasaran penonton akan Pentas Budaya tahun ini terbayar sudah. Semoga Pentas Pudaya akan tetap berlangsung dan akan semakin baik tiap tahunnya. See you on the next Pentas Budaya! (Lon.)