Purworejo, 8/12/2021. SMA Negeri 7 Purworejo pada 5 September 2021 telah merayakan hari jadinya yg ke-30. Berbagai prestasi telah diukir oleh sekolah yang sering disebut SMANSEV ( SMA N Seven ) oleh milenial ini baik di bidang akademik maupun non akademik. SMA Negeri 7 Purworejo menempati gedung kuno yg telah berusia lebih dari seabad namun masih berdiri megah dan terawat dengan baik. Komplek ini memiliki luas 4,6 Hektar.
Untuk mengetahui dengan jelas sejarah panjang kompleks SMAN 7 Purworejo diadakan Forum Grup Diskusi (FGD) dengan judul “Menapak Jejak Sejarah SMA Negeri 7 Purworejo: Menguatkan Identitas Masa Kini dan Menyiapkan Cerlang Masa Depan “. Diskusi ini menghadirkan dua pakar sejarah budaya yaitu Dr. Sudibyo, M.Hum, Dosen FIB UGM dan Drs. Pram Prasetyo Achmad, MM. Forum ini diikuti oleh seluruh civitas akademika SMA7, para alumni, komunitas pecinta sejarah serta masyarakat luas secara daring dan luring.
Acara ini dipandu oleh Robingatul Mutmainah, M.Pd.I. sebagai host. Pembukaan dilakukan oleh kepala SMA Negeri 7 Purworejo, Niken Wahyuni M.Pd, dilanjutkan pembacaan doa oleh Syukron Izzazin, S.Pd. Acara FGD ini dipandu oleh Dra. Widyastuti Tri Sulistyorini sebagai moderator.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari narasumber Dr Sudibyo, M.Hum yang mengupas tuntas mengenai sejarah pendirian gedung SMAN 7 Purworejo. Berawal dari sekolah pendidikan guru zaman Belanda HKS (Hoogere Kweek School) tahun 1915 – 1928. HKS merupakan tempat pendidikan yang nyaman bagi 70 siswa bangsawan bumi putera yang tinggal di Jawa , dengan gurunya beberapa orang Eropa. Selain gedung sekolah, di seberang jalan berdiri rumah guru yang berfungsi untuk mengawasi siswa. Hal tersebut merupakan model penjara Eropa zaman dahulu. Atau sekarang fungsinya sama dengan kamera pengawas (CCTV) untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan siswa. Hingga saat ini bangunan HKS yang ditempati SMA N 7 Purworejo masih terawat dan mendapat predikat sebagai bangunan cagar budaya baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.
Selain Sudibyo, narasumner lain Drs. Pram Prasetyo Achmad, MM menyampaikan pentingnya generasi muda untuk mempelajari sejarah. Hal ini sesuai dengan kutipan yang disampaikan oleh tokoh besar Indonesia Ir Soekarno “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah”. Setelah paparan materi dari narasumber maka sampailah pada kegiatan diskusi yang digelar secara offline dan online melalui platform zoom serta kanal YouTube SMAN 7 Purworejo. Kesimpulan dalam kegiatan diskusi ini adalah melestarikan warisan budaya SMAN 7 seharusnya menjadi tanggung jawab dan pemikiran bersama. Bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah dan penghuni sekolah sekarang, tetapi juga menjadi concern para alumni yang sebelumnya berbentuk SPG, SGA, dan segala turunannya hingga menjadi SMAN 7 saat ini. SMAN 7 merupakan museum hidup bagi sekolah dengan kompleks terpadunya yang sekarang sudah lengkap.
Ada hal menarik yang perlu digarisbawahi pada forum diskusi kemarin bahwa bersekolah pada zaman kolonial tidak berarti harus bermental kolonial, namun justru membawa kesadaran baru untuk berjuang dengan intelektualitas yang memadai menuju era pergerakan nasional. Keberadaan HKS turut berperan memacu pemikiran-pemikiran maju untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Pendidikan itu penting, jadi perlu didukung dengan fasilitas yang maksimal.